Senin, 05 Januari 2015

MotoGP 2015: Mengukur Ketangkasan Rossi Vs Marquez Dari Segi Umur



Sampeyan semuanya juga tahu, balap motor adalah permainan ketangkasan. Kecuali di cerita film kung-fu yang tua sudah jenggotan, kumisan, bahkan alis lebat yang memutih diceritakan berilmu tinggi. Toh selalu di cerita film tersebut akan datang anak muda yang ganteng sebagai pemenangnya. Si tua tetap saja kalah gesit walau ilmunya sudah setinggi gunung Taishan.
Terjadi di MotoGP era sekarang terutama antara Marc Marquez dan Valentino Rossi. Era bertemunya dua generasi ini jarang terjadii di MotoGP. Apalagi dengan umur Rossi yang jelang 36 tahun masih tetap dihitung. Sampeyan yang pernah muda dan umurnya sama dengan Rossi, pasti akan merasakan bedanya. Sama dengan penulis tulisan ini lebih tua dari Rossi yang kalau cerita selalu bilang: ‘dulu’ sanggup! Dulu itu masih muda, apa saja enteng.
Beda lagi yang baca ini tulisan yang kebetulan umurnya sama dengan Marquez yakni jelang 22 tahun. Mudah-mudahan juga penggemar MotoGP. Usia seperti ini selain kaya akan gerak yang dibutuhkan permainan ketangkasan, sudah pasti berjiwa nekat. Macam aksi-aksi Marquez dengan gerakan istimewa berhasil menaklukan model karakter sirkuit dengan RC21V-nya. Pula mengatasi lawan.
Si Marc sejak umur 5 tahun diarahkan jadi pemain balap motor profesional. Ilmunya sudah penuh sejak dini. “Kemenangan demi juara sepertinya dianggap orang mudah buat saya. Nggak begitu, tak semudah dibayangkan, namun lewat kerja keras,” jelas Marquez. Ya memang, Marquez telah mengorbankan segalanyau. Di masa anak-anak yang teman-teman sebayanya bermain robot-robotan - sekarang gad get - dia saban hari di sirkuit dengan menu yang sama setiap harinya.    
Lha, Marquez yang muda saja bekerja keras. Macam mana umur seperti Rossi. Pasti lebih keras lagi. Kerasnya memang beda. Yang satu keras berjuang untuk mental juara, sedang Rossi berjuang mempertahankan skill agar tetap sedia kala nggak dimakan usia. Ia berusaha merawat refleks tetap mumpuni, nyali dipelihara mengimbangi nekatnya Marquez dan kawan-kawan yang umurnya sepantar. Padahal umur seperti Rossi kalau dipikir soal nekat pastilah terkikis seperti pertanyaan tadi. Tentu pertanyaan dialamatkan pada yang berumur seperti Rossi. 
Contoh kecil pekerjaan Rossi paling berat menjaga bobot dan postur tubuhnya yang sama dengan 10 tahun lalu. Berat masih 65 kg. Kian  berat karena secara materi dia berlimpah, Rossi pastilah orang kaya. Sebut kaya, umur segitu biasanya perut membuncit seperti tetangga  yang OKB, semua makanan yang enak masuk ke mulut. Orang makmur! Tapi Rossi berusaha keras jangan sampai jadi om-om. “Saya tidak berpikir titel masa lalu yang wah. Tapi bagaimana caranya tetap berkompetisi ke depan di papan atas,” jelas Rossi saat menarget 2015 juara dunia.
Rossi berjam-jam latihan fisik di gym, berjam-jam di dirt-track untuk reflex  dan berjam-jam tongkrongi M1-nya agar dapat memahami settingan yang diminta dan diberikan mekaniknya. Yang belum terbongkar ia masih bagus menjaga nekatnya. Jawabannya mungkin karena belum nikah. Ya itu hanya mungkin. Nekat ini sikit kendur dibanding dia 10 tahun lalu. Terutama bila berlama-lama pepet-pepetan dengan lawan. Tapi itu ditutup Rossi bermain lebih taktis  alias sabar, tak ingin menyelesaikan duel secepatnya.
Beda lagi dengan umur Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo. Di usia mereka antara 28 tahun, sebenarnya gabungan. Umur segitu adalah usia emas atlet professional. Fisik masih ada, nyali mulai terukur dan nekat sudah tertata. Maksudnya permainan yang bijaksana. Tapi khusus Lorenzo dan Pedrosa ini lain kali saja diulas. Sudah kepanjangan.
Ditunggu apakah Rossi mampu mewujudkan ambisinya di umur 36 tahun nanti, agar jangan sampai seperti cerita film di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar