Senin, 05 Januari 2015

Menikmati Pedasnya Rica-Rica Belut Jangkar



Bagi Anda pecinta makanan pedas, tak lengkap rasanya jika belum mencicipi rica-rica belut jangkar. Menu sederhana yang mengandalkan rasa super pedas itu merupakan kuliner andalan masyarakat perbukitan Kapur, Tuban, Jawa Timur. 
Harganya yang terjangkau, serta rasa pedasnya yang khas, membuat rica-rica belut jangkar selalu dirindukan penikmatnya.
Jika Anda berkunjung ke Kapur, Tuban, makanan ini sangat mudah dijumpai di warung-warung pedesaan. Namun, para pelancong umumnya memilih Warung Jangkar di Desa Tegal Agung, Kecamatan Semanding. 
Alasannya, lokasinya mudah dijangkau dari jalur Pantai Utara Jawa alias Pantura.
Dari namanya, bahan dasar masakan ini tentunya belut. Setelah isi perutnya dibersihkan, belut kemudian digoreng, namun tidak terlalu garing agar dagingnya mudah dikonsumsi dan rasa gurihnya tidak hilang. Belut kemudian ditumis dalam sambal giling. 
Selanjutnya, rica-rica belut jagkar super pedas siap disajikan bersama sebungkus nasi jagung atau nasi putih, sesuai selera pelanggan.  
Menyantap masakan ini dijamin berkeringat. Sambalnya yang memiliki rasa khas, serta gurihnya belut, akan membuat ketagihan. 
Salah satu pelanggan yang ketagihan adalah Tegar Octa, asal Surabaya. "Setiap ke Tuban, pasti mampir," katanya
Ya, penikmat rica-rica belut jangkar ini bukan hanya warga Tuban, mereka juga datang dari berbagai daerah seperti Surabaya, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bandung dan Jakarta.
Soal harga, tak perlu khawatir. Rica-rica belut ini cukup terjangkau. Satu porsinya dibanderol Rp13 ribu. Selain belut, biasanya juga disediakan menu lain, yakni lele pedas.

MotoGP 2015: Bukan Rossi, Tapi Lorenzo Yang ‘Dibidik’ Marquez



Valentino Rossi diyakini bakal kinclong musim 2015. Itu tahun kedua Silvano Galbusera meracik Yamaha M1-nya. Apalagi SSG baru pasokan Yamaha sesuai harapan The Doctor, bisa makin melayang  dia.
“Tinggal sikit lagi pembenahan. Kalau bisa sih SSG-nya ini tak hanya aktif saat akselerasi, tapi juga bekerja saat deselerasi,” tukas Rossi yang yakin SSG milik Honda tak cuma bekerja saat membetot selongsong gas, tapi juga bikin mulus laju motor saat penurunan gigi yang bersamaan tutup gas.
Dengan berbagai perkembangan diri Rossi dan M1-nya, Marc Marquez selaku juara dunia bertahan memprediksi Rossi sebagai lawan yang harus diperhitungkan. Namun bukan sebagai lawan terberat. Wah?  “Anda tak akan pernah tahu kiprah Valentino. Saya pikir ia sama saja seperti 2013, tapi 2014 lebih dari dugaan. Bisa saja 2015 semakin baik. Motivasinya luar biasa. Begitu pun Dani (Pedrosa), tetap diperhitungkan walaupun mungkin tak akan lebih baik atau buruk dari sebelumnya. Jadi, lawan terberat tahun depan saya tempatkan Jorge (Lorenzo),” ujar Marquez.
Waduh... waduh... hanya Lorenzo yang dikhawatirkan ketimbang Rossi dari atas M1. Bukan karena faktor usia Rossi yang tahun depan 36 tahun. Marquez memandang Lorenzo di atas M1 yang makin bangkit percaya dirinya. Ia sudah nyetel lagi dengan tunggangannya sejak paruh musim 2014.
Itu modal bagus memasuki musim 2015 dan saat bersamaan Lorenzo pun menyiapkan kondisi fisik lebih prima. “Kesalahan terbesar Jorge terdapat pada beberapa race awal 2014.  Setelah seri Mugello, penampilannya terus membaik. Hanya saja sudah terlalu banyak kehilangan poin di awal dan sangat sulit mengembalikannya,” kata Marquez.
Marquez merasa layak menempatkan Lorenzo sebagai bidikan lawan nomor satu. Ia akan lebih berbahaya dibandingkan Rossi dan Pedrosa. Marquez pun sadar Lorenzo akan berusaha menekannya sejak seri awal. Karena sudah terbukti, Marquez memang masih boleh ditekan. Dan mungkin ia pernah rasakan nyali Lorenzo saat berduel.  “Tahun ini saya menang banyak dan terlihat mudah meskipun sebetulnya itu hasil perjuangan keras. Tahun depan saya yakin akan jauh lebih sulit,” tambah pemecah berbagai rekor dunia itu.
Sebagai penonton ayo amini saja, semoga benar-benar sengit adanya. Bukan hanya Marquez vs Lorenzo, tapi juga pertarungan silang mereka dengan Rossi dan Pedrosa atau siapa saja yang telibat.

MotoGP 2015: Mengukur Ketangkasan Rossi Vs Marquez Dari Segi Umur



Sampeyan semuanya juga tahu, balap motor adalah permainan ketangkasan. Kecuali di cerita film kung-fu yang tua sudah jenggotan, kumisan, bahkan alis lebat yang memutih diceritakan berilmu tinggi. Toh selalu di cerita film tersebut akan datang anak muda yang ganteng sebagai pemenangnya. Si tua tetap saja kalah gesit walau ilmunya sudah setinggi gunung Taishan.
Terjadi di MotoGP era sekarang terutama antara Marc Marquez dan Valentino Rossi. Era bertemunya dua generasi ini jarang terjadii di MotoGP. Apalagi dengan umur Rossi yang jelang 36 tahun masih tetap dihitung. Sampeyan yang pernah muda dan umurnya sama dengan Rossi, pasti akan merasakan bedanya. Sama dengan penulis tulisan ini lebih tua dari Rossi yang kalau cerita selalu bilang: ‘dulu’ sanggup! Dulu itu masih muda, apa saja enteng.
Beda lagi yang baca ini tulisan yang kebetulan umurnya sama dengan Marquez yakni jelang 22 tahun. Mudah-mudahan juga penggemar MotoGP. Usia seperti ini selain kaya akan gerak yang dibutuhkan permainan ketangkasan, sudah pasti berjiwa nekat. Macam aksi-aksi Marquez dengan gerakan istimewa berhasil menaklukan model karakter sirkuit dengan RC21V-nya. Pula mengatasi lawan.
Si Marc sejak umur 5 tahun diarahkan jadi pemain balap motor profesional. Ilmunya sudah penuh sejak dini. “Kemenangan demi juara sepertinya dianggap orang mudah buat saya. Nggak begitu, tak semudah dibayangkan, namun lewat kerja keras,” jelas Marquez. Ya memang, Marquez telah mengorbankan segalanyau. Di masa anak-anak yang teman-teman sebayanya bermain robot-robotan - sekarang gad get - dia saban hari di sirkuit dengan menu yang sama setiap harinya.    
Lha, Marquez yang muda saja bekerja keras. Macam mana umur seperti Rossi. Pasti lebih keras lagi. Kerasnya memang beda. Yang satu keras berjuang untuk mental juara, sedang Rossi berjuang mempertahankan skill agar tetap sedia kala nggak dimakan usia. Ia berusaha merawat refleks tetap mumpuni, nyali dipelihara mengimbangi nekatnya Marquez dan kawan-kawan yang umurnya sepantar. Padahal umur seperti Rossi kalau dipikir soal nekat pastilah terkikis seperti pertanyaan tadi. Tentu pertanyaan dialamatkan pada yang berumur seperti Rossi. 
Contoh kecil pekerjaan Rossi paling berat menjaga bobot dan postur tubuhnya yang sama dengan 10 tahun lalu. Berat masih 65 kg. Kian  berat karena secara materi dia berlimpah, Rossi pastilah orang kaya. Sebut kaya, umur segitu biasanya perut membuncit seperti tetangga  yang OKB, semua makanan yang enak masuk ke mulut. Orang makmur! Tapi Rossi berusaha keras jangan sampai jadi om-om. “Saya tidak berpikir titel masa lalu yang wah. Tapi bagaimana caranya tetap berkompetisi ke depan di papan atas,” jelas Rossi saat menarget 2015 juara dunia.
Rossi berjam-jam latihan fisik di gym, berjam-jam di dirt-track untuk reflex  dan berjam-jam tongkrongi M1-nya agar dapat memahami settingan yang diminta dan diberikan mekaniknya. Yang belum terbongkar ia masih bagus menjaga nekatnya. Jawabannya mungkin karena belum nikah. Ya itu hanya mungkin. Nekat ini sikit kendur dibanding dia 10 tahun lalu. Terutama bila berlama-lama pepet-pepetan dengan lawan. Tapi itu ditutup Rossi bermain lebih taktis  alias sabar, tak ingin menyelesaikan duel secepatnya.
Beda lagi dengan umur Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo. Di usia mereka antara 28 tahun, sebenarnya gabungan. Umur segitu adalah usia emas atlet professional. Fisik masih ada, nyali mulai terukur dan nekat sudah tertata. Maksudnya permainan yang bijaksana. Tapi khusus Lorenzo dan Pedrosa ini lain kali saja diulas. Sudah kepanjangan.
Ditunggu apakah Rossi mampu mewujudkan ambisinya di umur 36 tahun nanti, agar jangan sampai seperti cerita film di atas.